Kerja itu cuma selingan, Untuk menunggu waktu shalat…”

Kerja itu cuma selingan, Untuk menunggu waktu shalat…”

sholat11.jpg Sholat2sholat9.jpgsholat3.jpg

Ketika Pak Heru, atasan saya, memerintahkan untuk mencari klien yang bergerak dibidang interior, seketika pikiran saya sampai kepada Pak Azis. Meskipun hati masih meraba-raba, apa mungkin Pak Azis mampu membuat kios internet, dalam bentuk serupa dengan anjungan tunai mandiri dan dari kayu pula, dengan segera saya menuju ke bengkel workshop Pak Azis.
Setelah beberapa kali keliru masuk jalan, akhirnya saya menemukan bengkel Pak Azis, yang kini ternyata sudah didampingi sebuah masjid. Pak Azispun tampak awet muda, sama seperti dulu, hanya pakaiannya yang sedikit berubah. Kali ini dia selalu memakai kopiah putih. Rautnya cerah, fresh, memancarkan kesan tenang dan lebih santai. Beungeut wudhu-an ( wajah sering wudhu), kata orang sunda. Selalu bercahaya.
Hidayah Allah ternyata telah sampai sejak lama, jauh sebelum Pak Azis berkecimpung dalam berbagai dinamika kegiatan Islam. Hidayah itu bermula dari peristiwa angin puting-beliung, yang tiba-tiba menyapu seluruh atap bengkel workshop-nya, pada suatu malam kira-kira lima tahun silam. “Atap rumah saya tertiup angin sampai tak tersisa satupun. Terbuka semua.” cerita Pak Azis.”Padahal nggak ada hujan, nggak ada tanda-tanda bakal ada angin besar. Angin berpusar itupun cuma sebentar saja.”
Batin Pak Azis bergolak setelah peristiwa itu. Walau uang dan pekerjaan masih terus mengalir kepadanya, Pak Azis tetap merasa gelisah, stres & selalu tidak tenang. “Seperti orang patah hati, Ndra. Makan tidak enak, tidur juga susah.”cerita Pak Azis lagi.
Lama-kelamaan Pak Azis menjadi tidak betah tinggal di rumah dan stres. Padahal, sebelum kejadian angin puting-beliung yang anehnya hanya mengenai bengkel workshop merangkap rumahnya saja, Pak Azis merasa hidupnya sudah sempurna. Dari desainer grafis hingga jadi arsitek. Dengan keserbabisaannya itu, pak Azis merasa puas dan bangga, karena punya penghasilan tinggi. Tapi setelah peristiwa angin puting-beliung itu, pak Azis kembali bangkrut, beliau bertanya dalam hati : “apa sih yang kurang” apa salahku ” ?
Akhirnya pak Azis menekuni ibadah secara mendalam “Seperti musafir atau walisongo, saya mendatangi masjid-masjid dimalam hari. Semua masjid besar dan beberapa masjid dipelosok Bandung ini, sudah pernah saya inapi.” Setahun lebih cara tersebut ia jalani, sampai kemudian akhirnya saya bisa tidur normal, bisa menikmati pekerjaan dan keseharian seperti sediakala. “Bahkan lebih tenang dan santai daripada sebelumnya.” “Lebih tenang ? Memang Pak Azis dapet hikmah apa dari tidur di masjid itu ?”
“Di masjid itu ‘kan tidak sekedar tidur, Ndra. Kalau ada shalat malam, kita dibangunkan, lalu pergi wudhu dan tahajjud. Karena terbiasa, tahajjud juga jadi terasa enak. Malah nggak enak kalau tidak shalat malam, dan shalat-shalat wajib yang lima itu jadi kurang enaknya, kalau saya lalaikan. Begitu, Ndra.”
“Sekarang tidak pernah terlambat atau bolong shalat-nya, Pak Azis ?”
“Alhamdulillah. Sekarang ini saya menganggap bhw yg utama itu adalah shalat.
Jadi, saya dan temen-temen menganggap kerja itu cuma sekedar selingan aja.”
“Selingan ?”
“Ya, selingan yang berguna. Untuk menunggu kewajiban shalat, Ndra.”
Untuk beberapa lama saya terdiam, sampai kemudian adzan ashar mengalun jelas dari masjid samping rumah Pak Azis. Pak Azis mengajak saya untuk segera pergi mengambil air wudhu, dan saya lihat para pekerjanyapun sudah pada pergi kesamping rumah, menuju masjid. Bengkel workshop itu menjadi lengang seketika. Sambil memandang seluruh ruangan bengkel, sambil berjalan menuju masjid disamping workshop, terus terngiang-ngiang di benak saya : “Kerja itu cuma selingan, Ndra. Untuk menunggu waktu shalat…”
Sepulangnya dari tempat workshop, sambil memandang sibuknya lalu lintas di jalan raya, saya merenungi apa yang tadi dikatakan oleh Pak Azis. Sungguh trenyuh saya, bahwa setelah perenungan itu, saya merasa sebagai orang yang sering berlaku sebaliknya. Ya, saya lebih sering menganggap shalat sebagai waktu rehat, cuma selingan, malah saya cenderung lebih mementingkan pekerjaan kantor. Padahal sholat yang akan bantu kita nantinya…(sungguh saya orang yang merugi..)
Kadang-kadang waktu shalat dilalaikan sebab pekerjaan belum selesai, atau rapat dengan klien dirasakan tanggung untuk diakhiri.
Itulah penyebab dari kegersangan hidup saya selama ini. Saya lebih semangat dan habis-habisan berjuang meraih dunia, daripada mempersiapkan bekal terbaik untuk kehidupan kekal di akhirat nanti. padahal dunia ini akan saya tinggalkan.. juga ………. kenapa saya begitu bodoh..
Saya lupa, bahwa shalat adalah yang utama.
Mulai saat itu saya berjanji untuk mulai shalat diawal waktu..
Kalau Anda tidak mengirimkan email ini ke temen Anda..ya ga papa sih.
Cuma kalo dikirim mungkin ada gunanya bagi mereka gitu loh.

 

 

Subhanallah…. Alhamdulillah… Allahuakbar….

You have no excuse

Sholat1Sholat2sholat3.jpgsholat10.jpgsholat9.jpgsholat11.jpgsholat6.jpg

17 thoughts on “Kerja itu cuma selingan, Untuk menunggu waktu shalat…”

Add yours

  1. Ah.. ngga juga.. biasa-biasa aja kok… sy cuman lagi belajar dan berbagi apa yg saya dapat.. baik tulisan sendiri. and .. banyak juga yg sy tampilkan dari hasil karya orang lain yg moga-moga bisa bermanfaat… 😀
    yg pasti masih banyak kekurangannya kok… but .. thanks anyway 4 your comment…

    salam kenal yahh from me 😀

  2. Subhanallah …..
    Banyak jalan untuk mengingatkan seseorang,alhamdulillah saya mampir di blog ini dan akhirnya menemukan hal yang mengingatkan diri untuk lebih bertakwa.
    Terima kasih semoga Allah memudahkan jalan kita semua yang masih berpegang teguh pada iman Islam. Amiiin

  3. ‘Ingatlah kalian terhadap mati ketika dalam shalat. Sesungguhnya seseorang yang ingat mati dalam shalat, ia akan memperbaiki shalatnya. Jika tidak mengingat kematian diri kalian, niscaya urusan duniawi akan mengganggu konsentrasi shalat kalian.” (HR Ad-Dailami)

  4. Astaghfirullah , saya juga ternyata terjebak dengan pekerjaan saya yg tiada habisnya.
    ijinkan saya u/ menyalinnya agar lebih banyak dibaca oleh saudara2 kita, mudah2an bisa bermanfaat

  5. subhanallah, bagus sekali ceritanya, betul juga, pekerjaan tak akan pernah selesai yg ada membuat kita meninggalkan yg wajib. pekerjaan memanglah penting (perihal nafkah jg ibadah) namun lebih dari itu adalah yg wajib, shalat 5 waktu. Masya Allah, sukran, terima kasih sudah diingatkan.

  6. Terima kasih, tulisannya menginspirasi saya untuk lebih giat lagi mendirikan sholat 5 waktu tepat waktu di masjid. Izin share

Leave a reply to 37degree Cancel reply

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑